Jumat, 02 Maret 2012

Afika dan DOA

Cilla: Afika..
Afika: Iyaa..
Cilla: Ada yg baru neh..
Afika: Apah?
Cilla: Pake ini dulu yaa?

Kemudian Cilla makein mukena pada Afika, lalu
ngeluarin kue lemper.

Cilla: Ini lemper buatan mamaku, rasa orens..
Afika: Haa jaaruk?
Cilla: Kita berdo'a dulu ya?
Afika: Do'a apa?
Cilla: Do'a sebelum makanlah. Kan baru do'a sebelum makan aja yg diajarin Bu Ustadz
Afika: Eaa..

Lalu Afika & Cilla, dua sahabat yg sama2 berumur lima tahun ini membaca doa, kemudian makan lemper dgn hati gembira.

Cilla: Ini kan malam jum'at, sekarang kita ke rumah bu
Ustadz yuk, minta ajarin doa2 yg lainnya, masa cuma
do'a sebelum makan aja..
Afika: Ayuukk...

Karena itu malam jumat, malam dimana setan pocong suka keluyuran mengadakan jumpa fans. Di jalan yg sepi, Afika & Cilla dicegat seekor pocong berwajah rusak menakutkan, dekil, kotor, serta badannya bau banget..

Pocong: Hihihihi anak2 manis, kalian mirip bintang iklan
oreo deh. Mau kemana nih? Om pocong boleh ikut ga? Hihihihi... *tawa serem*

Jelas aja Afika & Cilla ketakutan luar biasa, sampai ga sanggup bergerak.

Afika: Aku takuuttt...
Cilla: *berbisik* Kata bu Ustad, setan tuh takut sama do'a, kita berdo'a yuk..

Berhubung doa yg mereka hapal cuma do'a sebelum
makan, merekapun berdoa sebisanya:

Afika+Cilla: BISMILLAHIROHMANIRROHIM...ALLOHUMA
BARIKLANAA FIMA ROZAKTANAA WAQINAA ADZABBANNARR..
AAMIIN...

Begitu dengar do'a itu, Pocong spontan lompat2 lari ngebut sekenceng2nya: "SIAAALL...!!! Seumur2 gue jadi pocong baru kali ini gue mau dimakan sama anak kecil. Dasar anak2 jaman sekarang, ga bisa bedain pocong sama lemperr...!!

Rabu, 29 Februari 2012

Story of Love in Diary


Pagi telah Allah ciptakan dengan luar biasa nikmatnya, udara yang menyegarkan, jauh dari polusi. Terik matahari yang menyengat namun bermanfaat untuk mengangktifkan vit E dalam tubuh kita. Kicauan burung yang saling menyaut pun melengkapi kenikmatan pagi.
Alangkah meruginya manusia manusia yang masih sibuk dengan selimut dan bantal mereka, padahal nikmat ini hanya datang beberapa jam saja di setiap harinya.
Kali ini, ada sebuah kisah dari ayah dan anak yang sedang asik merasakan nikmat pagi itu bersama, bahkan makin nikmat dengan dilengkapi keakraban ayah dan anak yang terjalin.
Ditemani sebuah komik di tangan, sang anak menikmati pagi dengan serius sembari sibuk membayangkan isi cerita di dalam komik tersebut. Begitu pun dengan sang ayah, secangkir kopi hangat tersaji untuk menambah kenikmatan pagi itu.
Di tengah asiknya aktivitas dari ayah dan anak itu, tiba tiba seekor burung hinggap di pagar rumah, lalu ayah bertanya "burung apa itu nak?". Dengan sedikit melirik ke arah pagar, akhirnya anak pun menjawab "itu burung gagak ayah." indah niaan jawaban sang anak. Selang beberapa menit kemudian, ayah kembali bertanya, "nak, lihat !! burung apa itu nak?". Anak itu pun kembali menjawab, "itu gagak ayah !" kali ini jawaban anak agak sedikit kasar. dan tak lama kemudian ayah kembali bertanya. "naaak, burung apa itu?". Sang anak kembali menjawab, namun dengan nada yang sangaaaat keraas dan tinggi , "itu gagaaaaak ayaaaah !!!!!"
Mendengar jawaban sang anak seperti itu, ayah masuk ke dalam rumah, dan kembali dengan membawa sebuah buku. "Bacalah buku ini nak !"
Dengan segera anak itu menyimpan komik nya dan membaca buku yang ayahnya berikan. Buku dengan cover jadul itu tidak mengisyaratkan buku penting menurutnya, ini hanya lah buku tulis biasa. Diawal tulisan itu tertulis tanggal "9September1992".
Sang anak penasaran dengan isi buku yang di awali dengan tanggal ulang tahunnya yang pertama. Lalu anak tersebut meneruskan membaca buku tsb. "Saat ulang tahun pertama anak lelaki ku yang gagah ini, banyak sekali tingkah yang dilakukannya. Suatu saat ada seekor burung yang hinggap di pagar rumah dan anak ku yang pintar ini terus bertanya nama burung itu, padahal uda puluhan kali saya jelaskan. Namun dengan harapan agar anak ini menjadi anak pintar yang bermanfaat saya mengajarinya dengan penuh kesabaran dan ketulusan"
Membaca tulisan itu, anak langsung berlari ke arah ayahnya lalu memeluk sang ayah, "maafin adek yah, makasih udah sayang ke ade, maaf ade belum bisa balas kasih sayang ayah."